CATEGORY: UNPAS By 02 Apr 2019
Menteri Ristek Dikti Prof. H. Mohammad Nasir, Ph.D menyampaikan orasi ilmiah pada acara wisuda Universitas Pasundan di gedung Sabuga, Bandung, Sabtu 23 Maret 2019. *
UNPAS.AC.ID-Perguruan tinggi harus mampu mengantisipasi ke depan, harus mengikuti teknologi, sekaligus melakukan inovasi teknologi. Demikian disampaikan Menteri Ristek Dikti, Prof. H. Mohammad Nasir, Ph.D pada acara wisuda gelombang II Unpas, Sabtu 23 Maret 2019, di gedung Sabuga Bandung.
Orasi Menteri Ristek Dikti di hadapan para lulusan Unpas tersebut berjudul “Tantangan dan Peran Universitas serta Lulusannya dalam Menghadapi Persaingan Global”. Ia membahas hal-hal yang terkait dengan perkembangan Industri 4.0.
Dikatakannya bahwa pergeseran teknologi telah mengubah cara pandang dalam pengelolaan berbagai aspek kehidupan, yaitu dengan terintegrasinya semua sistem kehidupan, meliputi digital, fisik, dan human. Terkait dengan itu, kini berbagai pekerjaan yang semula ditangani manusia secara langsung telah digantikan mesin.
“Contoh konkret misalnya petugas di pintu tol. Tadinya setiap pintu tol mempekerjakan 15 hingga 20 orang. Namun kini, setrelah digantikan mesin, pekerja sudah tidak dibutuhkan lagi. Andai saja di Indonesia ada seribu pintu tol, maka otomatis sekitar 15 hingga 20 ribu orang kehilangan pekerjaan,” tuturnya. Kondisi seperti itu sama dialami di negara lain.
Di seluruh dunia, jumlah pekerja yang kini tergantikan mesin berkisar 375 orang . Namun di balik itu, tumbuh pula lapangan kerja baru. Di Indonesdia, misalnya, sekarang terdapat gojek, tokopedia, atau traveloka.
Terkait dengan hal itu, lanjut Menristek Dikti, lulusan perguruan tinggi harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan, yaitu antara kebutuhan industri dan akademisi. “Namun jangan lupa akan jati diri sebagai bangsa Indonesia,” tegasnya.
Dijelaskan Menteri bahwa di bidang pendidikan, APK nasional kita hingga tahun lalu masih pada angka 34,58. Bandingkan dengan Malaysia yang sudah 38, atau Singapura pada angka 78. Memang, katanya, di Indonesia yang berpenduduk 262 juta jiwa terdapat 4.713 perguruan tinggi, yang di dalamnya ada 27 ribu prodi, dengan jumlah mahasiswa sekitar enam juta.
“Bandingkan dengan China yang berpenduduk 1,4 milyar jiwa, dengan 2.824 perguruan tinggi. Memang, perguruan tinggi kita lebih banyak. Tapi pada kenyataannya, perguruan tinggi kita belum ada yang masuk ke kelas dunia, sedangkan di China sudah belasan,” ucap Menristek Dikti. Padahal, pada tahun 2030 yang akan datang, Indonesia harus berada pada peringkat ketujuh dunia dan pada tahun 2050 naik ke peringkat keempat.
Penelitian yang dilakukan di luar negeri menyimpulkan bahwa kesuksesan lulusan di masyarakat tidak dilihat dari seberapa besar IPK yang diperoleh, melainkan terletak pada kejujuran, serta disiplin kerja dan kemauan kerja keras. “Saya mengistilahkannya: kerja cerdas, kerja keras, dan kerja ikhlas.”
Wisuda Unpas kali ini diikuti 1.091 lulusan, terdiri atas sarjana, magister, dan doktor. Masing-masing adalah sebagai berikut: Fakultas Hukum 105 orang, FISIP 171 orang, Fakultas Teknik 347 orang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis 232 orang, FKIP 45 orang, FISS 50 orang, Magister Ilmu Administrasi & Kebijakan Publik 7 orang, Magister Ilmu Manajemen 28 orang, Magister Teknik dan Manajemen Industri 6 orang, Magister Ilmu Hukum 19 orang, Magister Teknologi Pangan 2 orang, Magister Pendidikan Matematika 32 orang, Magister Ilmu Komunikasi 4 orang, Magister Pendidikan & Sastra Indonesia 22 orang, Doktor Ilmu Manajemen 13 orang, Doktor Ilmu Sosial 6 orang, dan Doktor Ilmu Hukum 2 orang.
Acara wisuda tersebut Jenderal (Purn.) Agum Gumelar dan Letjen Tatang Sulaiman yang kini menjabat Wakil Kasad, hadir sebagai orangtua yang anaknya hari itu diwisuda.
Apa yang disampaikan Menteri Ristek Dikti dinilai sejalan dengan sambutan Jenderal (Pur) Agum Gumelar bahwa sebuah bangsa akan menjadi besar kalau melakukan perubahan-perubahan pada semua sektor kehidupan. Untuk itu, kata Agum Gumelar, diperlukan tiga syarat yang harus dipenuhi oleh bangsa yang bersangkutan.
“Pertama, jiwa dan semangat nasionalisme, yaitu rela berkorban untuk kepentingan umum,” ucap Agum Gumelar yang hadir sebagai sesepuh Paguyuban Pasundan. Yang kedua adalah meningkatkan daya saing dengan menciptakan SDM yang berkualitas. Untuk saat ini, keunggulan komparatif harus digantikan dengan keunggulan kompetitif dan yang ketiga adalah sikap disiplin.
Agum menyinggung situasi yang berkembang saat ini. Setiap ancaman terhadap NKRI dan Pancasila harus dihadapi dengan tegas, tanpa pertanyaan dan kompromi bahwa itu adalah musuh bangsa.
“Namun dalam perkembangan demokrasi, pro-kontra itu biasa. Bagi yang tidak suka pemerintah, jangan dukung kaum radikal. Beda pilihan itu biasa, dan sifatnya sementara. Begitu pilpres selesai, maka selesai pula perbedaan di antara kita,” ucapnya.
Pidato Rektor Unpas
Rektor Unpas, Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp., M.Si, M.Kom., dalam pidatonya menyampaikan rasa syukur sehubungan dengan keberhasilan Unpas dalam mengikuti akreditasi dengan memperoleh nilai A. Di samping itu, Unpas berada pada posisi ketiga di antara seluruh perguruan tinggi swasta di Indonesia.
Prof. Eddy Jusuf selain menyatakan rasa syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga menyampaikan ucapan selamat kepada semua lulusan yang telah berhasil mengikuti pendidikan di Unpas.
“Prosesi wisuda merupakan suatu peristiwa yang cukup penting dan berkesan dalam perjalanan hidup para wisudawan-wisudawati. Hal ini merupakan bukti adanya kesungguhan dan perjuangan para wisudawan-wisudawati dalam memberikan makna penting bagi para orang tua maupun para wisudawan-wisudawati sendiri,” demikian disampaikannya.
Selanjutnya dikatakan bahwa wisuda bukanlah merupakan akhir dari sebuah perjuangan, melainkan justru merupakan awal dalam menghadapi pencarian realitas hidup yang sebenarnya dan membuktikan dirinya sebagai lulusan yang mampu mengamalkan ilmunya untuk kepentingan masayarakat, bangsa, dan negara.
Seraya diakuinya pula, menyelesaikan studi di Unpas bukanlah pekerjaan mudah, sebab memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit, baik materi maupun non materi. “Meskipun demikian, perjuangan yang sesungguhnya adalah bagaimana menghadapi kehidupan dengan segala dinamika dan tantangannya setelah diwisuda hari ini,” lanjutnya.
Harus diakui bahwa keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan terletak pada kualitas SDM yang unggul. Oleh karena itu, pembangunan manusia harus merupakan ujung tombak strategi pembangunan berkelanjutan. Mengingat kunci pembangunan manusia pada era Ekonomi Berbasis Pengetahuan (Knowledge Based Economic) adalah pendidikan, maka pendidikan sebagai suatu keharusan investasi jangka panjang, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang memiliki jati diri, nilai luhur, serta budaya bangsa yang produktif dan kompetitif.
Pendidikian tinggi dan riset teknologi diarahkan untuk meningkatkan daya saing sehingga mampu menghasilkan iptek, seni dan budaya untuk kemandirian. Pengembangan keunggulan diarahkan pada bidang-bidang yang relevan terhadap kepentingan masyarakat dan bangsa. Khususnya yang dapat memberikan nilai tambah pada hasil sumber daya alam secara berkelanjutan, serta mengurangi ketergantungan pada pihak luar.
“Tantangan tersebut hendaknya dijadikan sebagai tolok ukur bahwa dengan keberhasilan Saudara-saudara menempuh pendidikan di Unpas ini belum cukup untuk menghadapi dinamika dan tantangan hidup di masyarakat yang ckup kompetitif,” ucap Rektor Unpas. “Oleh karena itu kami berharap, Saudara-saudara dapar terus menimba ilmu dan mengembangkan diri untuk menghadapi kehidupan nyata di tengah-tengah masya ra kat.”
Sebagai kata terakhir, Rektor Unpas menyampaikan terima kasih kepada para orang tua yang telah mempercayai Unpas sebagai tempat menimba ilmu. “Hari ini, kami serahkan kembali putra-putri terbaik Indonesia kepada orang tua, masyarakat, dan bangsa,” ucap Rektor Unpas.
Pidato Ketua Umum Paguyuban Pasundan
Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan, Prof. Dr. H.M. Didi Turmudzi, M.Si. dalam sambutannya menegaskan agar lulusan jangan menjadi masalah, melainkan jadilah solusi. “Lulusnya Saudara dari Unpas jangan sampai menambah jumlah pengangguran. Ciptakanlah lapangan kerja, minimal untuk diri sendiri,” ucapnya.
Prof. Didi mengajak instrospeksi untuk melakukan refleksi, melihat segala kekurangan yang masih dapat diperbaiki. “Pada kondisi kita sekarang ini, kehidupan kita sebagai bangsa telah mengalami set back. Hal itu terjadi karena Pancasila, persatuan dan kesatuan, serta kebhinekaan yang kita miliki telah dipertaruhkan untuk kepentingan sesaat, baik bagi tercapainya kekuasaan politik maupun ekonomi. Keragaman etnis serta kekayaan budaya yang kita miliki, yang begitu indah, mestinya dipergunakan untuk kemaslahatan Indonesia, bukan untuk tujuan sebaliknya.”
Dikatakannya pula tentang perjuangan Paguyuban Pasundan semenjak didirikan pada tahun 1913 hingga saat ini. Paguyuban Pasundan tetap eksis, serta telah melahirkan banyak tokoh nasional yang berjuang demi bangsa Indonesia. Prof. Didi mengajak para alumni agar bergabung dengan Paguyuban Pasundan yang merupakan rumah bersama.
Dari pihak alumni, tampil wakil yang menyampaikan sambutan, yaitu Dr. H. Eddi DJ Wibowo, SH, MH, MM. “Terima kasih, Unpas telah membuka wawasan kami,” ucapnya. Selama menempuh pendidikan di Unpas, para lulusan telah memperlihatkan keuletan dan kesabaran, dan akhirnya membuahkan kebahagiaan. Itu semua merupakan rangkaian panjang dari proses pendidikan. “Kami harus terus meningkatkan kualitas diri,” ucapnya.
Seusai acara pelantikan bagi segenap lulusan, ditampilkan pula upacara khusus dari Lingkung Seni Mahasiswa (Lisma) Unpas dengan arahan Rosikin Wikandia S.Sn., M.Sn., dengan judul “Bray Natrat Jalan Udagan, Angger Pageuh ‘na Adegan”.*** (TS).