CATEGORY: UNPAS By 23 Nov 2018
Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom dan Ketua Senat Unpas yang juga Ketua Umum Paguyuban Pasundan Prof. Dr. HM. Didi Turmudzi, M.Si melantik perwakilan wisudawan/wisudawati pada acara wisuda yang berlangsung 2 hari di gedung Sabuga Jl. Tamansari, Bandung, Selasa 13 November dan Rabu 14 November 2018.*
UNPAS.AC.ID
Universitas Pasundan kembali mewisuda 2.527 orang lulusannya yang terdiri dari sarjana, magister dan doktor. Mereka diwisuda selama 2 hari yakni Selasa 13 November dan Rabu 14 November 2018 di gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Jln. Tamansari, Bandung sebagai lulusan gelombang I tahun akademik 2018-2019.
Pada hari pertama, yang mengikuti wisuda adalah lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP, 592 orang), Fakultas Teknik (FT, 388 orang), Magister Ilmu Administrasi (18 orang), Magister Manajemen (46 orang), Magister Teknik dan Manajemen Industri (11 orang), Magister Ilmu Hukum (23 orang), Magister Teknologi Pangan (5 orang), Magister Pendidikan Matematika (30 orang), Magister Teknik Mesin (7 orang), Magister Ilmu Komunikasi (10 orang), Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (17 orang), Doktor Ilmu Manajemen (23 orang), Doktor Ilmu Sosial (9 orang), dan Doktor Ilmu Hukum (9 orang). Jumlah keseluruhan yang dilantik pada hari Selasa sebanyak 1.188 orang
Pada hari pertama, tampil Menteri Sosial Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan orasi di hadapan lulusan Unpas. Sedangkan hari kedua, tampil pengusaha terkemuka Indonesia, Sandiaga Salahudin Uno yang juga menyampaikan orasi,
Menteri Sosial Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita yang juga alumni Universitas Pasundan mengemukakan, kita harus membangun infrastruktur intelektual yang kuat. “Hal tersebut tidak hanya dimaknai dengan hadirnya perguruan-perguruan tinggi yang handal, melainkan juga kondisi di mana produk-produk intelektual yang dihasilkan oleh perguruan tinggi menjadi bagian integral dari proses ekonomi. Selain itu, kita perlu membangun suatu sistem yang lebih komprehensif dan terintegrasi yang dapat mendorong transfer teknologi dari lembaga-lembaga akademis ke organisasi bisnis,” lanjutnya.
Agus Gumiwang tampil dengan membawakan materi yang berjudul “Tantangan dan Agenda Menghadapi Era Disrupsi dalam rangka Pembangunan Kesejahteraan Sosial”. Dikatakannya bahwa istilah “disrupsi” merujuk pada perubahan yang mendasar atau fundamental yang membuat industri tidak berjalan seperti biasa, yang umumnya akibat penemuan teknologi baru, yang pada era sekarang disbut industri 4.0.
“Dalam beberapa tahun terakhir ini, pola kerja masyarakat di dunia telah berubah secara drastis akibat perubahan besar yang kita kenal disrupsi itu,” tuturnya. Perubahan tersebut menciptakan pemain-pemain baru, dan membuat pemain bisnis lama harus memikirkan ulang strategi menghadapi era baru ini. Banyak pemain lama yang terpaksa gulung tikar, karena tidak mampu beradaptasi.
Agus memberikan ilustrasi mengenai Go-Jek yang pada bulan Juni 2016 bervaluasi sebesar 17 trilyun, dan meningkat menjadi 24 trilyun di tahun 2018. Padahal Go-Jek sama sekali tidak memiliki armada, melainkan bermitra dengan lebih dari 400 ribu pemilik kendaraan di tahun 2018. Sementara Garuda Indonesia yang telah ada sejak 1947 dan mengoperasikan 187 pesawat hanya dihargai 12,3 trilyun, atau Blue Bird dengan sekitar 27 ribu unit taksi hanya dinilai 9,8 trilyun. Demikian Agus mengutip pendapat ekonom Rhenald Kasali.
“Secara sederhana kita bisa menyimpulkan bahwa ada dua opsi ketika berhadapan dengan pesatnya kemajuan teknologi disruptif, yaitu mendisrupsi atau terdisrupsi,” ucapnya lagi.
Untuk menjamin adanya inovasi berkelanjutan, kita harus berani menanamkan investasi yang besar pada riset dan pengembangan. Di sinilah pentingnya posisi dan peran perguruan tinggi sebagai pusat pengemangan ilmu pengetahuan dalam menciptakan inovasi dan terobosan. Namun, menurut pendapat David Osborne, suatu terobosan di laboratorium tidaklah cukup. Keunggulan kompetitif tidak bersandar pada satu penemuan besar, melainkan pada peningkatan dan inovasi berkelanjutan.
Agenda kedua dalam menghadapi era industri sekarang adalah kita di satu sisi berupaya memanfaatkan peluang-peluang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kita juga harus melibatkan masyarakat bawah, masyarakat miskin dan kelompok rentan, dalam proses pertumbuhan tersebut. Kondisi industri masa kini akan mengakibatkan sebagian masyarakat tertinggal, karena pekerjaan yang tumbuh dan berkembang semakin memerelukan kapasitas intelektual yang memadai. Masyarakat bawah yang pada umumnya tanpa ketrampilan memadai merupakan kelompok masyarakat yang rentan tersingkirkan akibat tidak adanya peluang untuk mengakses lapangan pekerjaan yang ada.
Empat As
Pada hari kedua, Rabu 14 November 2018, mereka yang diwisuda adalah lulusan Fakultas Hukum 197 orang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis 347 orang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 722 orang dan Fakultas Ilmu Sastra dan Seni 73 orang sehingga jumlah keseluruhannya 1.339 orang.
Tak berbeda dengan hari pertama, pada hari kedua pun perhelatan wisuda Unpas dihadiri tokoh yang kini sering jadi pembicaraan publik, yaitu pengusaha H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A.
“Saya mendapat kehormatan untuk hadir pada acara wisuda Unpas yang akan mencetak sejarah Indonesia ke depan,” ucapnya itu. Karena itulah, ia berbicara mengenai semangat, optimisme, dan visi ke depan yang mudah-mudahan akan ikut mencerahkan jiwa para wisudawan-wisudawati.
Sandi mengingatkan kembali ucapan John Fitzgerald Kennedy yang menjadi Presiden Amerika Serikat (1961-1963) bahwa, “Jangan bertanya apa yang dapat diberikan negara kepadamu, melainkan tanyalah apa yang dapat kamu berikan buat negara.”
Ia mengingatkan bahwa 90 tahun lalu, sekitar 700 anak muda berkumpul di Jakarta. “Mereka datang atas dorongan diri sendiri, padahal pada waktu itu belum ada telepon, sms, atau WA. Mereka itulah yang memikirkan nasib Indonesia ke depan. Lalu tercetuslah Sumpah Pemuda. Nah sekarang, Saudara-saudara yang berkumpul di sini, yang termasuk ke dalam generasi milenial, apa sumpah Saudara untuk bangsa dan negara?” tanyanya.
Sandiaga Uno mengingatkan bahwa sekitar 12 tahun ke depan, Indonesia akan memasuki puncak demografi. Indonesia akan menjadi pasar terbesar, paling tidak di kawasan Asia. “Dalam kondisi seperti itu, kita jangan hanya menjadi pasar konsumen saja, melainkan harus sebagai produsen,” ucapnya. “Apakah kalian bisa, can you do it? Ayo jawab!”
Serempak para lulusan Unpas menjawab, “Bisa.”
“Yes, you can do it,” balas Sandi dari podium. “Saya yakin, para wisudawan-wisudawati yang sekarang dilantik akan menjadi pemimpin yang tangguh.”
Ia mencontohkan pengalaman dirinya bahwa 20 tahun lalu terkena PHK. Lalu ia banting setir untuk berusaha sendiri dengan mengerjakan tiga karyawan. Dan sekarang, karyawan yang bergabung di perusahaannya di seluruh Indonesia sudah lebih dari 30 ribu orang.
Menurut Sandi, ada bekal yang harus dijadikan pegangan, yaitu empat as. “Empat as itu adalah kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas,” katanya.
Generasi Milenial
Rektor Unpas, Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp., M.Si, M.Kom., di samping menyatakan rasa syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga menyampaikan ucapan selamat kepada semua lulusan yang telah berhasil mengikuti pendidikan di Unpas.
“Prosesi wisuda merupakan suatu peristiwa yang cukup penting dan berkesan dalam perjalanan hidup para wisudawan-wisudawati. Hal ini merupakan bukti adanya kesungguhan dan perjuangan para wisudawan-wisudawati dalam memberikan makna penting bagi para orang tua maupun para wisudawan-wisudawati sendiri,” demikian disampaikan Prof. Eddy Jusuf dalam pidatonya.
Selanjutnya dikatakan bahwa wisuda bukanlah merupakan akhir dari sebuah perjuangan, melainkan justru merupakan awal dalam menghadapi pencarian realitas hidup yang sebenarnya dan membuktikan dirinya sebagai lulusan yang mampu mengamalkan ilmunya untuk kepentingan masayarakat, bangsa, dan negara.
Seraya diakuinya pula, menyelesaikan studi di Unpas bukanlah pekerjaan mudah, sebab memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit, baik materi maupun non materi. “Tetapi meskipun demikian, perjuangan yang sesungguhnya adalah bagaimana menghadapi kehidupan dengan segala dinamika dan tantangannya setelah diwisuda hari ini,” lanjutnya.
Harus diakui bahwa perubahan paradigma berpikir dan bertindak menuju peningkatan kualitas terletak pada kualitas SDM yang unggul. Oleh karena itu, pembangunan manusia harus merupakan ujung tombak strategi pembangunan berkelanjutan di tengah-tengah era internet of things, kecerdasan buatan (artificial intelegence), dan new materialsuntuk menghadapi globalisasi pendidikan dan revolusi industri 4.0 yang serba super connected.
“Itu semua adalah tantangan yang hendaknya dijadikan sebagai tolok ukur bahwa dengan keberhasilan Saudara-saudara menempuh pendidikan di Unpas ini belum cukup untuk menghadapi dinamika dan tantangan hidup di masyarakat yang cukup kompetitif,” ucap Rektor Unpas. “Oleh karena itu kami berharap, Saudara-saudara dapat terus menimba ilmu dan mengembangkan diri untuk menghadapi kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat.”
Diingatkan oleh Prof. Eddy Jusuf tentang perlunya upaya adaptasi terhadap perkembangan yang ada. “Orang-orang sesuai kami lahir dalam era generasi baby boomer, yang kondisi masa lalu sudah jauh berbeda dengan saat ini. Saudara-saudara yang lahir sekitar dua atau tiga puluh tahun ke belakang mendapat sebutan generasi milenial. Sebagai dasar ilmu pengetahuan, dulu kami cukup hanya mendapatkan calistung atau baca-tulis-hitung saja. Untuk genarasi sekarang tentu harus diperkaya lagi dengan berbagai aspek lainnya.
Rektor Unpas mengingatkan kepada para lulusan akan literasi humanis. “Itulah yang akan menjadi kunsi kesuksesan dalam berkarier. Caranya yaitu dengan banyak memanfaatkan soft skill, bukan hard skill,” ucapnya. Literasi teknologi ternyata menghasilkan manusia yang asosial. Karena itulah perlu diimbangi dengan literasi humanis.
Sebagai kata terakhir, Rektor Unpas menyampaikan terima kasih kepada para orang tua yang telah mempercayai Unpas sebagai tempat menimba ilmu. “Hari ini, kami serahkan kembali putra-putri terbaik Indonesia kepada orang tua, masyarakat, dan bangsa,” katanya.
Dikatakan juga oleh Rektor Unpas bahwa pada wisuda kali ini ijazah para lulusan langsung diberikan. Memang, masih belum seratus persen, karena masih ada sebagian kecil, atau sekitar dua persen, belum dapat diberikan kepada yang bersangkutan.
Jadilah Solusi
Ucapan selamat kepada para lulusan juga disampaikan pada pidato Ketua YPT Pasundan, Dr. H. Makbul Mansur, M.Si. “Waktu, tenaga, dan pikiran telah banyak dikuras, bahkan biaya pun telah banyak dikeluarkan, kesulitan dan penderitaan selama itu kerap juga dialami , baik oleh wisudawan-wisudawati sendiri, bahkan sangat mungkin dialami keluarganya. Namun bersyukurlah , hari ini dibayar kontan pada acara wisuda yang membahagiakan,” ucapnya.
Ketua YPT menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor Unpas dan seluruh aparat di bawahnya, baik tenaga pendidikan maupun tenaga kependidikan yang telah mengantarkan para wisudawan-wisudawati menjadi bagian dari putra-putri bangsa yang berilmu, berbudaya, berkarakter, dan telah mampu mewujudkan jatidirinya dengan prestasi yang diraih, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional.
Dikatakannya pula, Unpas yang kini mulai memasuki usia 58 tahun, termasuk ke dalam sepuluh PTS terbaik di Indonesia, dari jumlah keseluruhannya yang mencapai 4.450 PTS. Demikian pula pada saat PTS lain banyak yang kekurangan peminat, “Alhamdulillah, Unpas masih kebanjiran calon mahasiswa. Itu merupakan bukti adanya kepercayaan dari masyarakat terhadap Unpas. Dari seluruh jumlah yang mendaftar, yang diterima tidak lebih dari sepertiganya saja,” ucap Makbul.
Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Paguyuban Pasundan, Prof. Dr. H.M. Didi Turmudzi, M.Si. juga menyatakan kegembiraan dan ucapan selamat kepada semua lulusan Unpas yang hari itu dilantik. Demikian juga kepada para orangtua yang bersangkutan.
Kepada para lulusan, Prof. Didi berharap, jangan menjadi masalah, melainkan jadilah solusi. ”Lulusnya Saudara dari Unpas jangan sampai menambah jumlah pengangguran. Ciptakanlah lapangan kerja, minimal untuk diri sendiri,” ucapnya.
Prof. Didi mengajak instrospeksi untuk melakukan refleksi, melihat segala kekurangan yang masih dapat diperbaiki. “Pada kondisi kita sekarang ini, kehidupan kita sebagai bangsa telah mengalami set back. Hal itu terjadi karena Pancasila, persatuan dan kesatuan, serta kebhinekaan yang kita miliki telah dipertaruhkan untuk kepentingan sesaat, baik bagi tercapainya kekuasaan politik maupun ekonomi. Keragaman etnis serta kekayaan budaya yang kita miliki, yang begitu indah, mestinya dipergunakan untuk kemaslahatan Indonesia, bukan untuk tujuan sebaliknya,” katanya.
Prof. Didi kembali mengingatkan akan perjuangan Paguyuban Pasundan yang kini sudah memasuki usia 105 tahun. Sampai sekarang pun visi dan misi Paguyuban Pasundan masih tetap relevan. Salah satu perjuangannya adalah memerangi kemiskinan dan kebodohan.
“Karena itulah Paguyuban Pasundan tetap bertahan hingga kini. Bahkan sekarang tambah meluas, karena tidak hanya di Jawa Barat saja, melainkan di provinsi lainnya di Indonesia, bahkan di luar negeri,” ucap Prof. Didi. Seraya disebutkannya beberapa negara di mana Paguyuban Pasundan telah berkiprah sebagai organisasi kemasyarakatan, misalnya di Amerika, Jepang, Australia, dan beberapa negara di Timur Tengah.
Prof. Didi merasa bangga atas perjuangan para perintis terdahulu. Sebut saja Oto Iskandar di Nata yang begitu besar sumbangsihnya terhadap kemerdekaan Indonesia, meskipun yang bersangkutan pada akhirnya mengalami nasib tragis. Atau, Ir. Juanda Kartawijaya yang meninggalkan jasa sehingga namanya menjadi harum.
“Akhirnya, atas nama Pengurus Besar Paguyuban Pasundan, mohon maaf atas segala kekurangan selama Anda belajar bersama di Unpas, termasuk segala ketidak-sempurnaan dalam penyelenggaraan acara wisuda ini. Bukalah pintu maaf, agar ringan melanjutkan perjalanan, dan tidak enggan jika harus kembali pulang,” ucap Prof. Didi.
Prof. Dr. Uman Suherman AS, M.Pd. yang kini menjabat Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi atau L2Dikti Wilayah IV (semula bernama Kopertis) menyampaikan sambutannya, yang terlebih dahulu menyatakan selamat terhadap Unpas atas semua keberhasilan yang telah dicapai.
Prof. Uman menyebutkan bahwa di antara seluruh PTS di Jawa Barat dan Banten, Unpas merupakan PTS yang mampu menerima mahasiswa terbanyak. Unpas termasuk empat PTS terbaik yang ada di Jabar dan Banten.
“Unpas mah gélo,” ucapnya lagi, berseloroh. Ungkapan “gélo” di sini bukan berarti gila atau sinting, melainkan lebih menyiratkan decak kekaguman. Timbulnya hal itu didasarkan pada prestasi Unpas selama ini. “Karena itu, Saudara-saudara lulusan Unpas, harus maju lebih depan. Harus punya keberanian dan kemampuan,” lanjutnya lagi.
Pesan lainnya, setinggi apapun ijazah yang didapat, namun jangan sampai lupa akan jasa orang tua. “Sebab, orang tua kita itulah yang menjadi pangkal semua keberhasilan kita. Kita wajib berbuat baik kepadanya,” ujarnya.
Pada bagian penutup ditampilkan kreasi seni hasil garapan Lingkung Seni Mahasiswa (Lisma) Unpas, dengan arahan Rosikin Wikandia, S.Sn., M.Sn, dengan mengusung tema “Ijén jeung diri pribadi, ngudag lalayang implengan.”***