CATEGORY: EVENT KAMPUS By admin
unpas.ac.id.
Rasa persaudaraan tertanam kuat di FKIP. Ini merupakan sebuah modal. Selain itu, FKIP diharapkan menjadi motor dalam syiar agama, karena mahasiswa yang dididiknya adalah calon guru.
Hal itu dikatakan Ketum PB Paguyuban Pasundan, Prof. Dr. H.M. Didi Turmudzi, M.Si., ketika memberikan sambutan pada acara Sertijab Dekan FKIP Unpas periode 2019-2022 yang dilaksanakan hari Senin 21 Januari 2019, di Kampus II Unpas, Jalan Tamansari, Bandung.
Dikatakan Prof. Didi, FKIP sekarang sudah menjadi fakultas besar di lingkungan Unpas. “Dulu, honor saya sebagai dekan, ternyata lebih kecil dari KTU di salah satu fakultas, karena memang waktu itu FKIP masih miskin,” ucapnya lagi.
Prof. Didi pernah menjabat Dekan FKIP periode 1992-1995. Dekan pertama dijabat Oesadi, SH merangkap sebagai Rektor Unpas, dilanjutkan Drs. H. Maman Sudiaatmaja, kemudian Drs. H. Memed Erawan.
Pada kesempatan itu, Ketum Paguyuban Pasundan menyampaikan terima kasih kepada Dekan FKIP ketujuh, Dr. H. Dadang Mulyana, M.Si, yang selama dua periode telah memimpin fakultas yang mendidik calon guru, serta terlihat jelas prestasinya. Serta kepada dekan baru, Dr. H. Uus Toharudin, M.Pd. disampaikan selamat bertugas. “Jadikanlah jabatan sebagai sarana untuk menambah persaudaraan,” ucapnya. Diingatkannya pula agar untuk ke depannya, penerimaan mahasiswa harus disesuaikan. Dalam pengertian, jangan terlalu banyak. Yang terpenting adalah menjadi solusi unggulan.
Para acara sertijab tersebut hadir Ketua YPT Pasundan, Dr. H, Makbul Mansur, M.Si., Rektor Unpas, Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp., M.Si., M.Kom., Dr. Banna Kartasasmita, Prof. Dr. H. Rully Indrawan, M.Si., Prof. Dr. H. Asep Sjamsulbachri, M.Pd., Prof. Dr. Hj. R. Poppy Yanniawati, M.Pd., ketiga Wakil Dekan FKIP beserta para dosen, karyawan, dan perwakilan mahasiswa.
Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom pada sambutannya menekankan tentang program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dikatakannya bahwa dengan adanya PJJ, mahasiswa FKIP yang tersebar di daerah akan terbantu, karena tidak perlu pergi ke Bandung. Unpas kini tengah menyiapkan ruangan yang diperuntukkan bagi kegiatan PJJ, yaitu di Fakultas Teknik, Kampus IV Jalan Setiabudi.
“Sudah saya sampaikan kepada semua dekan, agar kita mengadakan penyesuaian terhadap tata kelola,” ucap Prof. Eddy. Hal itu sehubungan dengan keberhasilan Unpas dalam meraih nilai A pada akreditasi yang baru lalu.
Rektor Unpas menyampaikan terima kasih kepada dadang Mulyana yang selama dua periode menjadi Dekan FKIP.
Ucapan terima kasih disampaikan pula oleh Ketua YPT Pasundan. Dikatakannya bahwa selama kepemimpinan Dadang Mulyana, FKIP banyak mengalami perubahan. “Banyak gebrakan dean motivasi yang dilakukan,” ucap Makbul.
Dr. Yusuf Ibrahim, M.Pd. sebagai ketua penyeleggara yang juga Wakil Dekan II FKIP menyampaikan bahwa selain penanda-tanganan naskah sertijab oleh mantan dekan dan dekan baru, juga akan diserahkan buku yang berjudul Menyemai Bulir Menuai Hasil, yang ditulis Elan, M.Pd. dan Tatang Sumarsono. Buku tersebut berisi catatan-catatan penting serta prestasi yang diraih FKIP, khususnya pada masa kepemimpinan Dr. H. Dadang Mulyana, M.Si.
Prof. Asep Sjamsulbachri sebagai wakil dosen, dalam kesan dan pesannya menyampaikan rasa syukur dan kegembiraannya, karena dirinya ikut menjadi saksi sejarah perkembangan FKIP Unpas. “Sejak zaman susah, hingga sekarang zaman senang,” ucapnya. Banyak prestasi yang telah dicapai, di antaranya PPG sudah seratus persen.
Sedangkan Rahman Hidayat, S.Sos. yang mewakili karyawan menyampaikan rasa bangga terhadap dekan yang baru saja usai melaksanakan tugasnya, karena ada gebrakan-gebrakan yang dirasakan membantu peningkatan kesejahteraan karyawan. “Kepada Bapak Dekan baru, kami berharap lebih meningkatkan senergi untuk melanjutkan program,” ucap Rahman.
Dadang Mulyana adalah alumnus FKIP Unpas pertama yang menjadi dekan di almamaternya. Ia mulai kuliah pada tahun 1981, setelah FKIP tiga tahun didirikan. Saat itu, kampusnya masih menumpang di gedung SPG Pasundan, Jalan Cihampelas, Bandung.
“Banyak kenangan, baik yang indah maupun yang kurang menyenangkan. Perkuliahan dimulai pukul lima sore, dan berakhir pukul sembilan malam. Kalau sudah selesai kuliah namun para mahasiswa masih di kampus, biasanya sering dibuburak oleh penjaga, karena listrik harus segera dipadamkan. Yang saya rasakan, semangat dosen dan mahasiswa begitu besar, meskipun kondisinya masih seperti itu,” ucap Dadang tentang sebagian pengalaman semasa masih menjadi mahasiswa.
Semangat tersebut semakin besar setelah FKIP punya kampus sendiri. “Yang paling besar adalah semangat kekeluargaan yang diungkapkan dalam hormat ka saluhureun, loma ka papada, nyaah ka sahandapeun. Itulah cermin dari budaya Sunda,” ucapnya lagi.
Dalam kata perpisahannya, Dadang menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, membantu, serta memotivasi dirinya dalam menjalankan tugas lembaga. Selain itu, ia memohon maaf atas segala kekurangan selama delapan tahun memimpin fakultas.
“Kepada Pak Uus Toharudin yang menggantikan posisi saya sebagai dekan, saya berharap agar melanjutkan program-program lembaga yang dinilai baik,” tutur Dadang pada akhir sambutannya.
Sebagai dekan yang baru menjabat, Uus Toharudin menyampaikan pentingnya loyalitas, tanggung jawab, dan kemitraan dalam upaya lebih meningkatkan keberadaan fakultas. Dikatakannya bahwa kini FKIP menghadapi tantangan berat, sebagai akibat keterbukaan sertifikasi, yaitu sistem terbuka bagi calon guru. “Ini tantangan buat FKIP,” ucap Uus.
Namun, di lain pihak, ada juga peluang terbuka, yaitu dengan adanya PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh. Untuk itu, lanjut Uus, FKIP harus senantiasa mengevaluasi kurikulum dan penyusunan RPS atau Rencana Pembelajaran Semester, sehingga setiap mata kuliah dilengkapi atau memiliki modul.*** (TS)