CATEGORY: UNPAS By 08 Des 2018
ektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si., M.Kom, ketika melepas 250 mahasiswa Unpas yang KKN Tematik bertema “Citarum Harum” di halaman Kampus IV Unpas Jl. Setiabudhi 193 Bandung, Sabtu 17 November 2018. Acara ini dihadiri pula oleh Wakil Rektor I Dr. H. Jaja Suteja, M.Si, Wakil Rektor II Dr. Yudi Garnida, MP., Ketua LPM Dr. H. Asep Dedy Sutrisno, MP., Ketua Panitia Dr. Dheni Harmaen dan para dosen pembimbing.*
unpas.ac.id |
Rektor Universitas Pasundan, Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp., M.Si, M.Kom. melepas 250 mahasiswa Unpas yang mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) Tematik “Citarum Harum”, pada hari Sabtu 17 November 2018 di halaman Kampus IV Jln. Setiabudhi 193 Bandung.
Sebagaimana yang sudah terprogram secara akademik sejak tahun-tahun lampau, Unpas menyelenggarakan KKN Tematik, yang kali ini mengambil tema “Pembelajaran Kolaboratif Masyarakat dan Unpas Melalui KKN Tematik Menuju Citarum Harum”. Kegiatan KKN berlokasi di Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung. Hadir pada acara pelepasan tersebut Wakil Rektor I Dr. H. Jaja Suteja, M.Si., Wakil Rektor II Dr. Yudi Garnida, MP, Ketua LPM Unpas Dr. H. Asep Sutrisno, MP, Ketua Panitia Dr. Dheni Harmaen dan para dosen pembimbing serta panitia KKN lainnya.
“Kegiatan KKN Tematik 2018 ini menggunakan pendekatan budaya, yaitu perilaku pengolahan pembuangan sampah yang baik melalui pengelolaan sampah. Hal ini dapat memberikan nilai ekonomi, sebab output dari 3R (reuse, recycle, reduce) adalah kompos dan pupuk cair, yang selanjutnya dapat mendukung upaya budidaya pertanian dan budidaya tanaman organik,” demikian dikatakan Asep Sutrisno dalam sambutannya.
Dalam sambutannya Rektor menjelaskan bahwa program KKN Tematik yang dilaksanakan mulai 17 November sampai dengan 15 Desember 2018 tersebut merupakan KKN jangka mingguan (short term). Sedangkan rencana ke depan akan dilaksanakan KKN dalam jangka waktu yang lebih lama lagi, yakni mulai dari Januari hingga Desember 2019. Program Citarum Harum ini sebetulnya mencakup sepanjang bagian hulu hingga hilir sungai yang Sektor 1 hingga Sektor 22, yang setiap sektornya dipimpin seorang kolonel TNI.
Mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini akan dinilai oleh Kemenristek Dikti, yaitu dilihat dari dampak positif atau kontribusi terhadap masyarakat sasaran. Seratus mahasiswa yang hasilnya dinilai baik akan mendapat kesempatan magang di BUMN .
Selanjutnya dikatakan Prof. Eddy Jusuf, KKN Unpas masuk di Sektor 8, yaitu meliputi Jatiluhur, Cirata, dan Saguling. Sebagai Ketua APTISI (Assosiasi Perguruan Tinggi Swasta) Jabar Banten, Prof. Eddy Jusuf telah membagi sektor tersebut kepada beberapa perguruan tinggi, baik PTS maupun PTN, yaitu Jatiluhur ditangani oleh Unisba yang membawahi dua perguruan tinggi, Cirata ditangani oleh Universitas Suryakencana membawahi dua perguruan tinggi, Unpas dan UPI di tengah-tengah, yakni Saguling. Sebenarnya Unpas sudah punya pohon alpukat di Desa Cibeureum, Kertasari, sebanyak 32 ribu pohon yang ditanam sejak tahun 2013.
“Selanjutnya penanaman pohon kopi sebanyak 125 ribu pohon, mulai dari Kertasari hingga Karawang. Hal ini perlu dilakukan karena penyebab permasalahan di bagian hulu dari 37 hektar lahan milik Perhutani diberikan kepada masyarakat untuk diolah sebagai lahan pertanian yang ditanami sayuran. Akan tetapi muncul persoalan, ketika musim hujan terjadi longsor, tanah terbawa air hujan ke bagian hilir. Maka dari itu penanganannya diperlakukan dengan menanam tanaman keras di wilayah hulu, seperti pohon alpuket dan pohon kopi yang akan dilaksanakan selanjutnya,” kata Rektor Unpas.
Penanaman pohon ini melibatkan pihak TNI di sepanjang bantaran Sungai Citarum. Selain tanam menanam pohon keras, yang diperlukan selanjutnya adalah perlunya pemberdayaan masyarakat yang salah satunya tentang budaya tidak membuang sampah sembarangan; membuka lapangan pekerjaan baru masyarakat banyak yang kehilangan mata pencaharian, terutama para pencari ikan (keramba) karena sebagai penyebab korosi adanya sedimentasi dan pedangkalan sehingga keramba ini ditutup; membangun ekonomi kreatif, misalnya seperti sampah yang dijadikan kompos dan pupuk cair; serta monitoring dan evaluasi untuk menilai kondisi masyarakat sebelum dan sesudah program dilaksanakan.
Rektor Unpas berharap, kondisi Sungai Citarum seperti pada era tahun 1970-an, yaitu kembali bersih, serta menangkap ikan pun mudah. Namun sejak banyak perusahaan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan Perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) dibangun di wilayah bantaran sungai pada tahun 1980-an inilah yang menyebabkan Sungai Citarum menjadi rusak dan kotor.***