CATEGORY: PRESTASI By 15 Jul 2019
Wakil Dekan Fakultas Keguruan dam Ilmu Pendidikan (FKIP) UNPAS Bidang kemahasiswaan , DRS. DINDIN MUHAMAD ZAENAL MUCHYI, M.Pd.
Mendedikasikan diri dalam dunia pendidikan, menjadikan mahasiswa sebagai intelektual dan berakhlakul karimah menjadi salah satu tujuan Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan (FKIP Unpas), Drs Dindin Muhammad Zaenal Muhyi M.Pd.
Saat ditemui di ruang kerjanya baru-baru ini, Dindin menyebut, membangun silaturahim dalam menjaga sinergitas dengan berbagai lapisan masyarakat dan komunitas merupakan salah satu cara memperpanjang usia dan memperbanyak rezeki. “ Hal serupa itu memiliki makna dan pengalaman selama mengajar lebih dari dua puluh tahun di FKIP Universitas Pasundan,” tuturnya,
“Saya memiliki motto bermanfaat bagi sesama, salah satu implementasinya dengan menjadi pendidik untuk mewujudkan mahasiswa yang hebat , intelektual, spiritual dan berakhlakul karimmaah,” terangnya.
Saat berkuliah ia aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan di Unpas maupun Himpunan Mahasiswa (Himbi) Pendidikan Bahasa Indonesia serta menjadi koordinator olah raga dan kesenian di FKIP UNPAS.
Lulus pada tahun 1991, pada tahun 1994 Dindin diangkat menjadi dosen pada prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Usai lulus S2 di UPI Program studi pendidikan bahasa Indonesia pada tahun 2011, Dindin dipercaya menjadi sekertaris prodi dan pada tahun 2019 menjadi Wakil Dekan III FKIP.
“Menjadi Wakil Dekan III, tentu menjadi amanah yang keberkahannya untuk semuanya. Saya ingin membawa mahasiswa dapat meningkatkan daya nalar dalam berorganisasi yang terus berkesinambungan dengan etika ketimuran,” ungkapnya.
Mengenai perannya sebagai pendidik , pria kelahiran Bandung, 8 April 1966 ini bercerita bahwa hal yang ia tekankan dalam mengajar adalah bagaimana mensinergikan antara pintar inteletual dan pintar spiritual. Mahasiswa memiliki koridor yang jelas, mana yang baik dan yang benar, sehingga menumbuhkan karakter yang mulia (ahlakkulkarimnah). Dikemukakannya, mengajar bukan hanya soal mentransfer ilmu, tapi juga bagaimana mengimplemtasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Gagalnya sebuah pendidikan, menurut Dindin karena pengajaran hanya fokus pada intelektual tanpa menyeimbangkan dengan spiritual.